Pemahaman bagaimana uji triaksial berlangsung memerlukan pemahaman mengenai Koefisien Skempton (koefisien tegangan air pori)
Koefisien Skempton memegang peranan penting untuk menginterpretasi hasil uji triaksial yang kita peroleh, oleh karena itu disini saya akan membahas koefisien ini sebelum berbicara lebih jauh mengenai hasil-hasil dari tiap uji triaksial
Back Pressure
Namun sebelum berbicara mengenai Koefisien Skempton, saya perlu mengenalkan istilah back pressure (tekanan balik)
Tekanan balik (semoga ini terms bahasa indonesia yang tepat) adalah tekanan yang diberikan ke dalam internal benda uji melalui batu pori dibagian atas dan/atau bawah benda uji sebelum dilakukan uji triaksial.
Idenya adalah bagaimana back pressure ini dapat meningkatkan saturasi dari sampel tanah.
Bersamaan dengan tekanan balik ini akan diberikan pula initial chamber/cell pressure alias tegangan yang diberikan pada sel triaksial
Skematisasinya dapat kita lihat pada gambar dibawah ini, secara singkat back pressure akan membuat sampel tanah mengembang, sedangkan initial chamber pressure akan membuat sampel tanah terkompresi. Nah kalo keduanya diberikan secara bersamaan dan bertahap, maka diharapkan
- sampel tanah tidak berubah volumenya
- saturasi sampel tanah dapat dicapai setinggi mungkin

Sel Triaksial (sumber)
Cat: Derajat saturasi dirumuskan sbb:
Derajat saturasi menggambarkan besarnya proporsi volume air (water) yang mengisi rongga (void) didalam tanah. Dalam hal ini rongga (void) dapat diisi oleh air dan/atau udara
Mengapa derajat saturasi ini penting? Karena udara memainkan peranan yang penting, udara dapat dengan mudah terkompresi atau mengembang. Dimana properti tanah yang kita dapatkan saat tanah tersaturasi sempurna, tidak tersaturasi sama sekali atau hanya tersaturasi sebagian akan sangat berbeda
Umumnya hanya tanah tersaturasi sempurna () atau tidak tersaturasi sama sekali (
) yang umum dipelajari menggunakan triaksial. Tanah yang hanya tersaturasi sebagian memiliki perilaku yang tidak bersahabat
Saya katakan tidak bersahabat karena pemampatan rongga udara didalam tanah selama proses pembebanan dapat mengakibatkan tidak tepatnya hasil pembacaan (inkremen tegangan air pori) dan
(inkremen volume benda uji), selama fase pembebanan benda uji
Karena mempengaruhi hasil pembacaan , maka otomatis derajat saturasi mempengaruhi nilai Koefisien Skempton yang akan saya jabarkan dibagian berikutnya.
Derajat saturasi inilah yang menjadi alasan utama diaplikasikannya tegangan balik (back pressure). Dengan mengaplikasikan tegangan balik diharapkan sampel tanah dapat tersaturasi semaksimal mungkin!!
Koefisien Skempton
Koefisien tegangan air pori atau yang lebih dikenal dengan koefisien Skempton merupakan parameter yang sangat penting didalam uji triaksial

Alec Skempton (sumber)
Skempton adalah seorang ahli mekanika tanah asal Inggris yang pertama kali (di tahun 1950an) menelurkan ide mengenai Koefisien Skempton dan
yang akan saya bahas disini
Pertama-tama, jika tanah kita asumsikan sebagai material yang elastik dan isotrop serta tersaturasi sempurna, maka tanah hanya akan terdiri dari 2 fase, solid dan likuid.
Untuk bagian solidnya tentunya kita miliki hubungan antara tegangan isotrop efektif dan deformasi volumiknya
sebagai berikut
Dengan adalah bulk modulus. Persamaan diatas dapat diturunkan dengan mudah menggunakan hukum konstitutif isotrop-elastik. Saya tidak jabarkan disini penurunannya karena memerlukan satu bagian tersendiri untuk penjabaran hukum konstitutif elastik terlebih dahulu.
Kemudian persamaan regangan/strain/deformasi volumiknya adalah sbb
Kemudian substitusikan persamaan sebelumnya ke persamaan diatas
Dimana tegangan isotrop/spherical didefinisikan sebagai
Sehingga:
Sedangkan untuk bagian likuid-nya kita miliki persamaan yang serupa, hanya saja volume air-nya sama dengan bila seluruh pori tersaturasi sempurna
Kemudian untuk bagian likuid tegangan yang mengakibatkan deformasi volumiknya adalah tegangan air pori , sehingga
Dengan adalah bulk modulus untuk air
Hal yang menjadi kunci disini adalah bahwa inkremen tegangan efektif dan inkremen tegangan air pori
, secara bersama-sama akan menghasilkan volume deformation
yang sama secara global di tanah
Bila kita gabungkan kedua persamaan terakhir diatas maka diperoleh
Pada uji triaksial yang umum dilakukan nilai tegangan kekangan pada arah lateral sama besarnya, sehingga
Maka:
Mengapa saya ribet-ribet menurunkan persamaan diatas? Karena persamaan eksperimental dari Skempton pada dasarnya menggunakan bentuk diatas, yaitu
Kedua variabel dan
merupakan dua koefisien Skempton
Pengukuran kedua koefisien ini diperlukan, karena:
- Koefisien
bermanfaat untuk mengukur derajat saturasi benda uji
- Koefisien
berguna untuk mengetahui perilaku tanah selama fase deviatorik
Nah sekarang bagaimana menginterpretasi persamaan diatas??
Untuk memahami persamaan diatas tentunya kita harus sadari bahwa uji triaksial terbagi menjadi fase kompresi dan fase deviatorik yang telah saya jelaskan di posting sebelumnya
Saat fase kompresi, nilai inkremen tegangan deviatorik di benda uji sama dengan nol, atau saya dapat tuliskan
Itu artinya pada fase kompresi hubungan yang kita dapat sebelumnya dapat disederhanakan menjadi
Biasanya sebelum fase kompresi yang sesungguhnya, kita akan mengecek berapa besarnya koefisien yang kita miliki. Bila sudah mendekati
, maka baru kita akan memulai pengujian yang sesungguhnya
Mengapa harus mendekati satu? Karena bila tanah tersaturasi sempurna, maka
Sehingga secara teori
Sekarang bagaimana caranya menghitung koefisien di eksperimen? Dari uji triaksial kita bisa mengukur baik tekanan didalam sel triaksial
maupun tekanan air pori
didalam benda uji. Perbandingan keduanya menghasilkan koefisien
Standar seberapa dekat nilai mendekati satu akan bervariasi, namun secara praktis sebaiknya
, atau kalau mau mengacu kepada standar, bisa mengacu ke beberapa aturan yang mensyaratkan soal besarnya koefisien ini (misalnya di ASTM)
Bila derajat saturasi dari benda uji masi rendah, maka kita harus mengatur lagi besarnya tekanan balik yang diinjeksikan ke sampel hingga nilai koefisien telah memenuhi syarat
Saat fase deviatorik, maka besarnya inkremen tegangan kompresi konstan
Sehingga:
Nilai koefisien ini dihitung saat kondisi failure dari sampel tanah atau dengan kata lain saat tegangan gesernya maksimal (karena kita menggunakan kriteria runtuh Mohr-Coulomb).
Nilai koefisien mengindikasikan tipe tanah yang dimiliki saat diberikan tegangan kompresi tertentu
Tanah yang normally consolidated umumnya memiliki nilai antara 0 sampai 1 sedangkan tanah yang overconsolidated memiliki nilai
antara -0.5 sampai 0.
Mengapa demikian? Ini berkaitan tegangan air pori positif atau negatif yang mungkin akan lebih jelas nanti saat mengeksplorasi hasil-hasil uji triaksial
Again, to be continued 😎
Dear Mas James…again, some questions from me and mr Dhanny IKPT
Mengenai settlement, jika kita menganalisis settlement pada tanah Clay, mengapa kita cukup menganalisis long term settlement nya saja ?
sedangkan jika kita menganalisis settlement pada tanah sand, kita menganalisis immediate nya saja…
apakah semata-mata hanya karena tingkat permeabilitas saja ?
Terima Kasih mas James 🙂
Jadi gini, pertama-tama kita harus sepakat soal definisi kondisi “long term” pada tanah dan settlement
Kondisi long term yang dimaksud bukan kondisi tanah setelah waktu yang lama, melainkan kondisi dimana tegangan air pori didalam tanah sudah nol.
Untuk clay, kondisi long term ini tidak dapat dicapai seketika karena permeabilitas tanah rendah, sehingga tegangan air pori akan turun secara perlahan-lahan, kondisi ini tidak favorable, karena ini memungkinkan terjadinya differential settlement.
Ini artinya, untuk clay, saat awal pembebanan, kita akan berada pada kondisi short-term, kemudian secara gradual akan menuju kondisi long term. Proses penurunan tanah secara gradual inilah yang menjadi problem dan perlu dianalisis.
Sedangkan untuk sand, saat kita bebani, akibat permeabilitasnya yang tinggi, maka tegangan air pori akan cepat sekali mencapai nol.
Ini berarti, untuk sand, saat dibebani beban statik, maka kita akan langsung mendapat kondisi long termnya (tanpa kondisi short term). Kalau kondisi long term sudah dicapai, maka tidak ada differential settlement lagi seperti halnya pada clay yang mengalami perubahan gradual dari kondisi short ke long term.
Pertanyaan lainnya, apakah di sand dapat terjadi kondisi short term? Jawabannya bisa, yaitu saat sand menerima pembebanan dinamik… Akibatnya terjadilah fenomena yang lebih dikenal sebagai likuifaksi di sand…
Semoga membantu 😎