Uji Brazilian/Uji Belah – Overview

Uji Brazilian atau seringkali dikenal juga sebagai uji belah (splitting tension test) merupakan salah satu uji yang paling umum digunakan untuk mengetahui kapasitas tarik dari material getas seperti beton. Tidak seperti uji kuat tekan beton, pembebanan tarik tidak dilakukan secara langsung, spesimen berpenampang silinder malah diberikan pembebanan tekan, oleh karena itu uji ini diklasifikasikan sebagai uji tarik tidak langsung (indirect tension test).

Cara pengujiannya cukup sederhana, silinder beton diletakkan dengan posisi ditidurkan kemudian beban terpusat diberikan pada kedua kutubnya. Skemanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Video pengujiannya juga dapat dilihat di youtube, salah satu contohnya disini.

brazilian-skema

Sejarah

Seperti dapat ditebak, uji Brazilian dinamai demikian karena uji ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang asal Brazil, Fernando L.L.B. Carneiro. Tulisan sejarah uji Brazilian ini disarikan dari sumber ini.

fernando-carneiro

Fernando L.L.B. Carneiro (1913-2001)

Selepas perang dunia kedua, banyak pekerjaan sipil seperti jalan beton untuk airport memerlukan uji beton untuk mengetahui kekuatan tarik dari beton. Namun, uji tarik langsung (hingga kini) relatif sulit dilakukan. Oleh karena itu, pada masa itu umumnya kekuatan tarik beton diprediksi melalui uji lentur. Problemnya, pada masa itu fracture mechanics belum berkembang seperti saat ini, sehingga isu seperti efek ukuran benda uji belum dipahami dengan baik.

Menghadapi masalah tersebut, Carneiro mengembangkan teknik uji yang sekarang dikenal dengan nama uji Brazilian. Inspirasi untuk mengembangkan uji ini datang dari usaha memindahkan sebuah gereja bercorak baroque yang berada di tengah area baru yang akan dikembangkan di Rio de Janeiro.

Untuk menghindari keharusan untuk meruntuhkan gereja tersebut, maka solusi engineering yang ditawarkan adalah gereja tersebut harus dipindahkan menggunakan silinder beton (beton saat itu dipilih karena produksi baja digunakan utamanya untuk perang). Carneiro saat itu bertanggung jawab untuk menguji silinder-silinder beton tersebut.

Saat membebani silinder beton pada dua kutubnya, Carneiro mengamati bahwa keruntuhan benda uji hampir pasti terjadi pada bidang vertikal yang menghubungkan kedua kutub dari suatu penampang silinder.

Menggunakan formula dari teori elastisitas yang akan kita bahas lebih lanjut pada tulisan ini, Carneiro mengevaluasi kekuatan tarik beton f_t menggunakan formula yang masih kita gunakan hingga kini sbb:

f_t=\frac{2P}{\pi D L}

Dimana P adalah beban tekan maksimal, D adalah diameter silinder dan L adalah panjang/tebal benda uji.

Hasil ini kemudian dipresentasikan pada bulan September 1943 di Asosiasi Brazil untuk Aturan Teknis (ABNT) yang kemudian akhirnya dipelajari, direkomendasi dan diadopsi oleh banyak Standar di penjuru dunia.

Refleksi

Pertama-tama, uji Brazilian sangat populer karena uji ini mudah dilakukan. Selain itu, kalkulasi kuat tariknya juga menggunakan formula yang sangat elegan, terdiri dari hanya dua parameter geometris dan satu parameter dari hasil uji Brazilian.

Namun, bila kita lihat buku-buku pengantar yang ada saat ini, tidak banyak yang menjabarkannya secara detail, bahkan banyak yang hanya memberikan formulasi hasil akhirnya saja seperti pada tulisan diatas. Ini disebabkan karena formulasi diatas diperoleh dari penurunan yang cukup panjang. πŸ˜€

Untuk mendapatkan pembuktian rumus diatas, kita harus membuka buku-buku yang membahas mengenai elastisitas. Ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk membuktikan persamaan diatas, di rangkaian tulisan mengenai uji Brazilian kali ini, saya akan memaparkan pembuktian yang didapatkan dari superposisi solusi Flamant. Selamat mengikuti :mrgreen:

Comments

  1. untuk dimensi sampel pada pengujian ini berlaku L= 2D juga ya untuk perbandingan diameter dan panjang sampel nya mas ? mohon pencerahan

    • Dear geotechnicalfreak,

      Rasio panjang/diameter-nya bisa dua (2) mengikuti spesimen beton pada umumnya. Namun bila berbeda-pun (bukan dua), seharusnya tidak masalah karena formulasi splitting strength tergantung juga dari panjang dan diameter spesimen.

      Untuk lebih detail silakan cek di SNI 2491:2014 mengenai pengujian kuat tarik belah (split test/Brazilian test).

Trackbacks

  1. […] seringkali juga dikenal dengan nama uji belah. Setelah sebelumnya membahas secara singkat mengenai sejarah uji Brazilian, kali ini saya akan membahas formulasi uji […]

  2. […] Posting ini menyambung posting yang lalu mengenai formulasi kuat tarik pada uji Brazilian. Uji Brazilian adalah uji tarik tidak langsung, sejarah singkat uji ini sudah saya tuliskan di posting saya yang lalu juga. […]

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: